Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan yang saat ini dipimpin oleh Syekh Haji Ismail Royan, didirikan pada tanggal 21 November 1979 yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1400 H.
Sabtu, 30 November 2024 | 28 Jumadil Awwal 1446 H | Dibaca : 57 Kali
Ini Tiga Makna dari Tema “Guru Hebat Indonesia Kuat” Dalam Peringatan Hari Guru dan HUT PGRI 2024
Redaksi
Reporter
Kepala SMA Babussalam Ustadz Salahuddin SAg, MPd bertindak sebagai Pembina Upacara memperingati Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT Ke-79 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Agenda tersebut berlangsung di halaman parkir Masjid Darussalam, Senin 25 November 2024.
Seperti biasa setiap pelaksanaan upacara hari guru, petugasnya selalu dilakoni langsung para ustadz dan ustazah Pondok Pesantren Babussalam. Tampilan lengkap dengan seragam PGRI, berpeci, dan selampang petugas upacara.
Dalam amanatnya sebagai Pembina Upacara, Ustadz Salahuddin secara garis besar menyampaikan pidato dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Bapak Prof Dr H. Abdul Mu’ti MEd.
Beliau menyampaikan, tema HGN dan HUT PGRI Tahun 2024 ini adalah “Guru Hebat Indonesia Kuat”. Tema tersebut memiliki tiga makna. Pertama, penegasan tentang arti dan kedudukan penting para guru. Sesuai Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14/2005, guru adalah pendidik profesional yang bertugas mengajar, mendidik, membimbing, dan menilai hasil belajar para murid.
Kedua, guru tidak hanya berperan sebagai agen pembelajaran, tetapi juga agen peradaban. Para guru berperan mendidik para murid sehingga memiliki kecerdasan, keterampilan, dan karakter yang mulia.
Ketiga, guru menentukan kualitas sumber daya manusia, generasi bangsa yang melanjutkan perjuangan dan bertanggung jawab memajukan bangsa dan negara. Guru yang hebat menentukan kualitas pembelajaran, kualitas lulusan, dan kualitas sumber daya manusia.
Dalam kesempatan ini, Ustadz Salahuddin juga mengajak kepada semua peserta upacara, baik guru maupun santri jangan sampai melupakan jasa guru karena jasa guru tidak bisa dibalas dengan apapun.
Guru dengan selogannya, lanjut Ustadz Salahuddin, “Pahlawan tanpa Tanda Jasa” bermakna bahwa guru dengan dedikasi dan keikhlasannya dalam melaksanakan tugas luar biasa.
Dari zaman sebelum kemerdekaan, guru sudah berjuang untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa dengan sebuah organisasi yang bernama Persatuan Guru Hindia Belanda yang disingkat dengan PGHB. Kemudian pada tahun 1932 organisasi ini berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia yang disingkat dengan PGI.
Kurang lebih 2 bulan setelah kemerdekaan Republik Indonesia, melalui kongres Guru pada tanggal 23-25 November 1945 di Surakarta, organisasi ini berubah menjadi PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Momen ini yang menjadi dasar penetapan oleh pemerintah pada setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT PGRI.(*)