Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan yang saat ini dipimpin oleh Syekh Haji Ismail Royan, didirikan pada tanggal 21 November 1979 yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1400 H.
Jumat, 09 Juni 2017 | 14 Ramadhan 1438 H | Dibaca : 2386 Kali
Kakanwil Kemenag Riau Akui Pesantren sebagai Sistem Pendidikan Terbaik
Penulis
Reporter
‘’Sistem pendidikan pesantren terbaik juga diakui oleh Prof Dr Sujatmoko ketika menjadi Rektor Universitas PBB di Tokyo, Jepang,” ujar Kakanwil Kemenag dalam tausiyahnya jelang berbuka puasa di Pondok Pesantren Babussalam, Sabtu (3/6).
Silaturrahim dan berbuka puasa bersama itu juga dihadiri Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman, Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain Adinegara, mantan Gubri Saleh Djasit, Kadistamben dan ESDM Provinsi Riau Syahrial Abdi, dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya. Kehadiran para pimpinan daerah dan tokoh masyarakat tersebut disambut langsung Tuan Guru Syekh H Ismail Royan sebagai Ketua Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan, keluarga besar serta para santri.
Dilanjutkan Kakanwil, sejak sebelum merdeka hingga kini sistem pendidikan pesantren telah berkontribusi besar dan terbukti andal. Dan diyakininya akan bertahan pada masa yang akan datang. Apalagi sekarang berdasarkan pengamatannya telah pula diadobsi oleh sekolah-sekolah internasional yang banyak bermunculan.
Bukti pertama, lanjut Kakanwil, sekolah internasional menggunakan boarding school atau biasa dikenal asrama. Sistem asrama ini menjadi ciri khas pesantren sejak lama. Dengan kata lain pendidikan bagi anak-anak memang seharusnya berjalan selama 24 jam seperti yang diterapkan pesantren.
‘’Jangankan pendidikannya, jam tidur dan jam bangunnya pun juga diatur karena itu bagian dari pendidikan di pesantren. Saya tahu persis karena mengalami sendiri selama tujuh tahuh di pesantren,’’ ungkap Ahmad Supardi.
Bukti kedua, sekolah internasional menggunakan bahasa internasional seperti Inggris, Jerman. Pola ini lagi-lagi diambil dari pondok pesantren yang sejak dulu telah menggunakan bahasa internasional terutama Arab dan Inggris.
Bukti ketiga, sekolah internasional memiliki kekhususan atau dikenal dengan berkarakter. Pendidikan pesantren sejak dulu punya karakter sendiri. Maka kalau perhatikan satu pesantren dengan pesantren lain memiliki kurikulum dan cara berbeda untuk santrinya. Karena ada hal-hal khusus yang ingin dicapai oleh setiap pesantren terhadap santrinya.
“Inilah yang sekarang dicontoh oleh lembaga pendidikan yang menyebut dirinya sekolah internasional. Kalau perlu sekali-sekali kita nginap di pesantren agar tahu bagaimana rasanya,” ajak Kakanwil yang disambut tawa jamaah.
Pesantren Babussalam dinilai Kakanwil juga hebat karena memilih kurikulum Kemendiknas. Bukan kurikulum sebagaimana pendidikan agama yang dikenal dengan ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah.
Bagi Kakanwil pilihan ini diyakani bisa melahirkan para ulul albad atau pemikir Islam yang melek ilmu pengetahuan. Menurut Kakanwil, sejarah mencatat orang-orang besar yang memajukan agama Islam adalah orang yang banyak bicara dan memperhatikan tentang dunia ilmu pengetahuan. Satu contoh adalah penciptaan angka Arab yang menggantikan secara massal angka Romawi.
Angka yang banyak digunakan sekarang dari 0 sampai 9 dalam dunia ilmu pengetahaun disebut angka Arab yang ditemukan oleh umat Islam. Dan itu bisa menghitung jumlah yang amat banyak melebihi angka Romawi
“Jadi ciri ulul albad itu pertama banyak bicara tentang alam dan ilmu pengetahuan. Dan kedua adalah orang yang banyak berzikir kepada Allah SWT,” jelas Kakanwil lagi.(*)
Keterangan Foto: Kakanwil Kemenag Riau Drs H Ahmad Supardi MA saat memberi tausiyah dalam berbuka puasa bersama di Pesantren Babussalam. Di sebelah kiri Terlihat Tuan Guru Syekh H Ismail Royan selaku tuan rumah, Gubri Arsyadjuliandi Rachman, Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain dan undangan lain.