Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan yang saat ini dipimpin oleh Syekh Haji Ismail Royan, didirikan pada tanggal 21 November 1979 yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1400 H.
Rabu, 17 Agustus 2022 | 19 Muharram 1444 H | Dibaca : 843 Kali
Pak Wagubri: Ada Dosen Yang Hasilkan Rp 150 juta per Tahun Dari Kebun Durian
Pak Wagubri H Edy Natar Nasution menilai bahwa perlu memberi perhatian pada pembangunan sektor pertanian. Tidak hanya karena banyak rakyat Indonesia bergantung dengan sektor utama ini.
Lebih dari itu, bidang pertanian menjadi sektor yang tahan terhadap berbagai tekanan. Contoh terbaru adalah dengan bencana pandemi Covid-19 yang selama tiga tahun mengancam kehidupan bangsa. Namun pertanian relatif tidak terdampak banyak.
Kemudian beliau pun memberi contoh dengan bisnis buah durian yang menjadi favorit di Riau, maupun Sumatera. Bisnis durian tidak pernah sepi, baik dari segi suplai durian maupun konsumennya.
Namun di mata beliau, tidak banyak orang melihat dan menangkap peluang tersebut. Maka Pak Wagubri pun berkisah tentang seorang dosen yang fokus ke penanaman durian di Pekanbaru.
Dosen tersebut bernama Asrori. Memiliki lahan yang tidak luas, hanya sekitar 2.100 meter di kawasan Arengka. Di sana terdapat 21 pohon durian berjenis Montong.
''Ternyata kalau kita maupun makan durian ke sana, harus inden. Kita pesan dulu,'' kisah Pak Wagubri.
Dari bisnis itu, cerita Pak Wagubri, pak dosen tersebut bisa meraih laba Rp150 juta dalam setahun.
Usaha ini bermula saat Pak Asrori mengubah peruntukan tanahnya tersebut dari untuk perumahan menjadi kebun durian. Itu pada tahun 2007. Ketika itu Durian Montong juga marak diperkenalkan.
Ternyata upaya pak dosen tadi berhasil. Empat tahun usai ditanam, tepatnya pada 2011 pohon durian mulai berbuah. Dan pada 2014, rata-rata tiap pohon sudah menghasilkan 30 buah.
Satu buah durian rata-rata beratnya 2 kilogram. Sedang harganya Rp60 ribu per kilo. Dan dalam setahun pohon durian bisa dipanen sebanyak dua kali.
''Kalau Rp150 juta, untuk di Pekanbaru rata-rata sama dengan kita punya tiga ruko yang dikontrakkan. Coba bayangkan,'' kisah Pak Wagubri.
Masih cerita Pak Wagubri, dari hasil bisnis durian sang dosen sudah bisa membeli lahan baru seluas dua hektar yang berjarak 30 kilometer dari Pekanbaru. Sudah ditanam pula pohon durian jenis Musang King.
''Artinya apa yang disampaikan Pak Wapres tadi benar. Peluang kita untuk menjadi wirausaha itu sangat besar,'' tegas Pak Wagubri.
Alasan peluang masih besar, lanjut Wagubri, karena di Riau masih cukup banyak lahan. ''Kalau hanya 2000 meter, 3000 meter belum terlalu sulit. Persoalannya kita tidak pernah melihat itu sebagai peluang,'' ujar Pak Wagubri kembali menegaskan.
Apalagi, pasarnya juga luas. Dan peminatnya tidak pernah hilang. Sejak tahun 1980-an pasar durian terus bertahan hingga kini. Bahkan di Pekanbaru khususnya, banyak pelancong yang datang dari berbagai kota di Indonesia, maupun luar negeri, selalu mencari buah durian.(*)