Santri kelas 1, 2 dan 3 SD Babussalam mengikuti kegiatan di luar kelas alias outing class. Lokasi kegiatan adalah A.
Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan yang saat ini dipimpin oleh Syekh Haji Ismail Royan, didirikan pada tanggal 21 November 1979 yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1400 H.
Reporter
MOMEN ini menjadi surprise bagi keluarga besar Pesantren Babussalam. Pertama kali seorang Pangdam bertamu sekaligus memberikan ceramah umum. Selain datang dengan rombongannya dari Medan, jajaran militer dan kepolisian di Riau ternyata juga ikut nimbrung. Sebut saja Komandan Korem 031 Wirabima Brigjen TNI Nurendi MSi (Han) dan Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain Adinegara serta Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Susanto.
Dari tuan rumah, turut menyambut Syekh H Ismail Royan, pimpinan Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan yang membina Pesantren Babussalam. Direktur Pendidikan Pesantren Babussalam Drs H Imran Effendy Hasibuan MA beserta jajaran kepala sekolah dan para santri. Tak ketinggalan pula sejumah tuan guru serta mursyid/khalifah Thariqat Naqsabandiyah dari sejumlah kota/kabupaten di Riau.
Namun para hadirian dibuat terdiam sekaligus serius menyimak paparan Pangdam yang dibuka dengan mengatakan negara-negara seperti Kolombia, Filipina dan Indonesia akan segera punah. Meski akhirnya Pangdam menyebut ini hanya pendapat Jared Diamond (profesor geogarafi dari UCLA AS) dalam bukunya Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed, hadirin seperti terkaget juga.
Masih mengutip Jared Diamond, lanjut Pangdam, ada tiga cara yang menjadi penyebab hancurnya sebuah tatanan bangsa yakni 1) Hancurkan tatanan keluarga, 2) Hancurkan pendidikan dan 3) Hancurkan keteladanan dari para ulama dan tokoh masyarakat.
Pertama, untuk menghancurkan keluarga caranya dengan mengikis peranan ibu-ibu agar sibuk dengan dunia luar, menyerahkan urusan rumah tangga kepada pembantu. Para ibu akan lebih bangga menjadi wanita karir ketimbang ibu rumah tangga dengan dalih hak asasi dan emansipasi.
Kedua, pendidikan bisa dihancurkan dengan cara mengabaikan peran guru. Kurangi penghargaan terhadap mereka, alihkan perhatian mereka sebagai pendidik dengan berbagai macam kewajiban administratif, dengan tujuan materi semata. Sehingga mereka abai terhadap fungsi utama sebagai pendidik dan akhirnya murid meremehkan. Hingga akhirnya kita dikejutkan dengan peristiwa mahasiswa membakar kampus dan membunuh dosen sendiri.
Ketiga, untuk menghancurkan keteladanan para ulama dan tokoh masyarakat dengan cara melibatkan mereka ke dalam politik praktis yang berorientasi materi dan jabatan semata. Sehingga tidak ada lagi orang pintar yang patut dipercayai. Tidak ada lagi yang mendengarkan perkataan apalagi meneladani perbuatannya.
Dengan hancurnya ketiga tatanan tadi, membuat sebuah bangsa tidak lagi memiliki karakter. Apabila ibu rumah tangga tidak berperan lagi, para guru yang mengajar dan mendidik dengan ikhlas lenyap dan para ulama dan tokoh panutan sudah tidak dianggap lagi. Maka siapa lagi yang akan mendidik generasi penerus dengan nilai-nilai luhur.
Terkait ketiga hal di atas, Pangdam sering mengulang-ulang pertanyaan seperti ini, ‘’Apakah ini sudah terjadi?’’ Meminta jawaban atau tidak, tapi hadirin kompak menjawab sedang terjadi.
Ancaman tersebut belum berhenti. Masih ada sejumlah penyakit yang sedang dan terus mengancam bangsa ini yakni Narkoba, korupsi dan terorisme.
Narkoba dengan berbagai jenisnya mulai dari sumber alami seperti ganja sampai rekayasa industri yang memiliki ratusan turunan. Mulai dari yang namanya sudah familiar seperti sabu hingga nama-nama yang indah tapi menipu. Ini sudah mengancam semua kalangan dan usia.
Pangdam pun cerita bagaimana menggiurkannya bisnis barang haram ini (ganja). Ia pernah memberangus 88 hektare ladang ganja di Mandailing, Sumatera Utara. Untuk satu hektare ganja, terangnya, bisa menghasilkan uang miliaran rupiah. Waktu panennya pun singkat, hanya 2,5 bulan.
‘’Saat ini pun ada 144 prajurit kita yang sedang dalam proses karena terlibat Narkoba,’’ ujar Pangdam yang tampil rileks.
Narkoba akan membuat sebuah bangsa kehilangan generasi penerus (lost generation). Apalagi kalau bukan dampak serta tingkat kematian karena Narkoba yang dahsyat.
Penyalahgunaan Narkoba
(Sumber: Jurnal P4GN, BNN 2016)
Hampir sama halnya dengan Narkoba, korupsi pun mirip penyakit menular yang berbahaya. Berbagai kalangan dengan bermacam posisi melakukan praktik kotor dan busuk ini. Makanya tak heran bangsa Cina dengan tembok besarnya tetap bisa disusupi Inggris karena dua penyakit di atas; Narkoba (dalam hal ini candu) dan korupsi (sogok penjaga perbatasan). Itulah yang akhirnya disebut Perang Candu (1840-1842 dan 1856-1860).
Ancaman terakhir yang diungkap Pangdam adalah terorisme. Bukan saja aksi bersenjata ini yang sudah sangat mengkhawatirkan. Lebih daripada itu, perekrutan besar-besaran mulai dari pemuda sampai anak-anak Indonesia untuk digembleng di luar negeri. Fakta ini ditunjukkan Pangdam dengan pemutaran video anak-anak yang berbahasa Indonesia sedang berlatih militer.
‘’Ini kerja tangan-tangan yang tak terlihat. Entah orang entah negara tapi ini terjadi. Ini kekhawatiran saya. Tapi mudah-mudahan ini tidak terjadi. Mari kita sebarkan hal-hal positif untuk membangun Indonesia,’’ ungkap jenderal berbintang dua ini.(*)
Santri kelas 1, 2 dan 3 SD Babussalam mengikuti kegiatan di luar kelas alias outing class. Lokasi kegiatan adalah A.
Ketua Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan, Syekh H Ismail Royan menghadiri HUT ke-70 TNI AD di markas Korem 031 Wirabima, Jalan.