Para karateka SD Babussalam kembali meraih prestasi membanggakan. Kali ini berjaya di ajang Karate Kids Championship 3 yang.
Reporter
Ustadz Salahuddin SAg MPd menjadi Khatib ibadah Jumat pada 12 Desember 2025, bertepatan 21 Jumadil Akhir 1447 Hijriyah di Masjid Darussalam, kompleks Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru. Beliau yang juga Kepala SMA Banbussalam itu, mengajak Jemaah merenungkan bencana alam yang baru-baru ini melanda Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).
Menurut beliau, masyarakat kerap bertanya: Apakah bencana ini azab, ujian, atau pembelajaran? "Jawaban untuk semua pertanyaan itu adalah benar," tegas beliau.
Beliau menjelaskan tiga perspektif utama menyikapi musibah tersebut. Pertama, bencana menjadi azab bagi orang-orang kafir dan yang maksiat. Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Ayat ini menggambarkan "fasad" atau kerusakan yang meluas di darat (kekeringan, polusi, deforestasi) dan laut (pencemaran plastik, penangkapan ikan berlebih). Penyebabnya? Perbuatan tangan manusia: eksploitasi alam demi keserakahan, pemborosan sumber daya, dan pengabaian perintah Allah.
Bencana seperti banjir bandang atau tsunami adalah "sebagian" azab yang Allah berikan, bukan untuk membinasakan total, tapi untuk "muzhîqahum" – membuat mereka merasakan akibatnya agar kembali taat.
Contoh nyata: penebangan hutan liar menyebabkan longsor, yang merenggut nyawa ribuan jiwa. Ini bukan hukuman acak, tapi pelajaran agar umat manusia "yarji'ûn" – kembali kepada Allah. Artinya: "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."
Ayat ini menjelaskan mekanisme azab: Allah beri nikmat mewah kepada kaum tertentu sebagai ujian. Jika mereka "fasaqû" – berfasiq, durhaka dengan maksiat massal (zina merajalela, riba merajalela, kezaliman merajalela), maka azab turun tanpa ampun. Bencana alam menjadi alat penghancur: gempa seperti di zaman 'Ad, banjir seperti kaum Nuh.
Orang-orang kaya dan berkuasa sering jadi penyebab utama, karena mereka perintah rakyat untuk maksiat, tapi lupa taqwa.
Kedua, musibah itu merupakan ujian bagi orang-orang mukmin yang beriman, bertakwa, dan taat beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Alqur'an: Artinya: "Dan Kami pasti menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan dari harta benda, jiwa dan buah-buahan (hasil pertanian). Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar."
Allah SWT menggunakan kata "lanabluwannakum" (pasti Kami uji) untuk menekankan kepastian ujian bagi setiap mukmin. Bukan karena Dia tidak tahu isi hati, melainkan untuk menampakkan kualitas iman manusia sendiri di hadapan dirinya.
Bentuk ujian "bishai'in" (sedikit) menunjukkan rahmat Allah: tidak berlebihan, tapi bertahap agar hamba bisa bertahan dan belajar. Ketakutan bisa berupa ancaman musuh atau bencana, kelaparan dari paceklik, kekurangan harta/jiwa dari kerugian finansial atau kematian orang tercinta, serta buah-buahan dari gagal panen—semua relevan dengan konteks bencana alam sebagai ujian.
Ayat ini berlanjut ke ayat 156-157 yang menjelaskan sifat sabar: orang yang saat ditimpa musibah berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (Kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali), mereka mendapat rahmat dan ampunan.
Sabar bukan pasrah diam, tapi ikhtiar plus tawakal, seperti saling tolong saat bencana sebagaimana hadits Rasulullah SAW sebelumnya. Ini menguatkan tema khutbah: bencana ajarkan takwa dan ukhuwah.
Ketiga, bencana berfungsi sebagai pelajaran bagi keduanya: bagi yang beriman, menjadi momentum untuk membantu sesama guna meringankan beban korban. Bagi yang maksiat, agar segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar dengan tunduk serta taat kepada Allah SWT.
"Barangsiapa yang meringankan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan meringankan baginya kesusahan dari kesusahan Hari Kiamat. Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang kesulitan di dunia, Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim di dunia, Allah akan menutupinya di dunia dan akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya."
Hadits ini seperti obat penyembuh pasca-bencana: Naffasa kurbah (meringankan beban): Donasi, makanan, atau tempat tinggal bagi korban banjir/gempa – Allah balas dengan kemudahan Qiyamah. Yassara 'ala mu'sir (mudahkan yang susah): Pinjamkan alat bantu atau bantu bangun rumah – dapat kemudahan dunia-akhirat.
Satara 'ala muslim (tutupi aib): Jangan sebarkan foto korban yang memalukan, tapi lindungi martabat mereka – Allah lindungi kita nanti. Fiia'uni akhîhi (tolong saudara): Selama kita aktif bantu, Allah bantu kita terus-menerus. Contoh Nyata dan Ajakan Bertindak Bayangkan Longsor dan banjir di Aceh, Sumut dan Sumbar: ribuan jiwa kehilangan rumah.
Saat itulah muncul para relawan, donasi mengalir, masjid jadi posko. Ini bukti bencana jadi "madrasah takwa" – sekolah keimanan. Rasulullah SAW contohkan saat bencana di Madinah: beliau sendiri turun tangan bantu, ajak sahabat berbagi. Segera bantu korban dengan harta, tenaga, dan doa.
Perbanyak istighfar agar bencana ringan. Bangun solidaritas umat, karena "Sesungguhnya orang mukmin seperti satu tubuh; jika satu anggota sakit, seluruh tubuh merasakannya." (HR. Muslim).
Khutbah ini mengajak jamaah untuk tidak hanya bertanya, tapi bertindak nyata. "Mari jadikan bencana ini sebagai pengingat akan kebesaran Allah dan panggilan untuk bersatu dalam kebaikan," pesan Ustadz Salahuddin.***
Para karateka SD Babussalam kembali meraih prestasi membanggakan. Kali ini berjaya di ajang Karate Kids Championship 3 yang.
Santri Raudhatul Athfal (RA) atau biasa disebut Taman Kanak-kanak Babussalam Pekanbaru meraih juara pertama lomba senam. Kegi.

