Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan yang saat ini dipimpin oleh Syekh Haji Ismail Royan, didirikan pada tanggal 21 November 1979 yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1400 H.
Kontak Kami
Jalan HR.Soebrantas No.62 Pekanbaru, Riau
(0761) 6700646
pesantrenbabussalam@gmail.com
Teks foto:
Kamis, 20 November 2025 | 29 Jumadil Awwal 1447 H | Dibaca : 19 Kali
Selain Silaturrahim dengan Tuan Guru, KH Muhammad Idrus Ramli juga Beri Pencerahan Akidah
Redaksi
Reporter
KH Muhammad Idrus Ramli melakukan kunjungan silaturrahim ke Pondok Pesantren Babusssalam Pekanbaru pada Rabu, 19 November 2025, pagi. Beliau langsung disambut hangat Tuan Guru Syekh H Ismail Royan selaku pimpinan pondok di Gedung Serbaguna H Ahmad Royan.
Pada kesempatan tersebut pendakwah kondang asal Jember, Jawa Timur tersebut, memberikan pencerahan bagi para ustadz dan ustazah di Ponpes Babussalam.
Pada awal cemarah, beliau membenarkan bahwa ajaran Islam ke Nusantara berawal dari Pulau Sumatera. Kemudian ajaran Islam masuk ke Pulau Jawa usai ekspansi kekuasaan Majapahit di Nusantara, yang juga sampai ke Sumatera.
Proses tersebut di antranya berawal dari dibawanya putri raja di Aceh untuk dijadikan istri Raja Majapahit dan para prajurit sebagai tawanan. Termasuk pula kemudian diboyongnya Maulana Malik Ibrahim.
Di sisi lain, sejak awal berkembangnya Islam di wilayah Melayu Raya, menurut Kyai Idrus Ramli, dikenal sebagai penganut Ahlussunnah waljamaah (Aswaja). Muslim yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad SAW dan sunnah para sahabatnya.
Melayu Raya merupakan sebutan simpel Kyai Idrus Ramli untuk kawasan yang masuk Kerajaan Campa seperti dari Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja. Kemudian semenanjung Malaysia hingga ke Sumatera.
Dari segi fiqih mengikuti Mazhab Syafi’i, akidahnya Asyari’ah dan tasawuf atau sufinya bermacam. Di Indonesia bagian barat dari Aceh sampai Riau banyak Thariqat Naqsabandiyah Kholidiyah. Tokoh-tokoh sentral di kawasan ini banyak mengamalkan thariqat ini.
Dilanjutkan Kyai Idrus lagi, sekitar 100 tahun belakang, ada aliran lain masuk seperti Syi’ah dan Wahabi. Yang cukup banyak berkembang paham Wahabi. Di Sumatera ada tiga provinsi yang berkembang, tepatnya di Riau (yang paling besar), Sumatera Barat dan Jambi.
Oleh karena itu, ditekankan beliau, paham Aswaja harus dikuatkan kembali. Karena memang satu-satunya ajaran yang benar.
“Kalau kelompok di luar Ahlussunnah waljamaah seperti Salafi, Wahabi termasuk paham yang menyimpang. Artinya keluar dari paham Ahlussunnah waljamaah,” tegas beliau.
Dilanjutkan beliau, ajaran Wahabi sangat beda dengan Aswaja. Baik dari segi akidah, amaliah maupun tasawuf. Dari segi akidah misalnya, mereka mengenal Tiga Tauhid; Rububiyah, Uluhiyah dan Al-asmâ' was-shifât. Sedang Aswaja mengenal konsep 20 Sifat Wajib Allah.
Dijelaskan beliau, 20 Sifat Wajib Allah merupakan konsep paling sederhana untuk mengenal Allah. Pertama, merupakan langkah atau tahapan mengantarkan seorang Muslim pada makrifat dasar atau mengenal Allah. Kedua, respons atas penyimpangan paham di luar Aswaja. Dan ketiga, jawaban dasar pada pertanyaan mengenai keberadaan Allah.
Maka akidah Aswaja (20 sifat wajib) ini, lanjut KH Idrus Ramli, memang penting ditanamkan kuat sejak dini. Apalagi di era sekarang yang semakin banyak gangguan dari paham-paham lain.
Dan peran Ponpes Babussalam, di mata kyai yang digelar pendekar Aswaja ini, penting karena pesantren yang berada di pusat keramaian dan sudah dikenal luas.
“Nah kalau Babussalam ini bisa mengatasi, insya Allah akan ringan persoalan akidah ini,” ujar Pak Kyai.(*)